Sosialisasi Pengelolaan Sampah dengan budidaya larva maggot
Balai desa Sindupaten (227/8) mulai ramai dipenuhi warga perwakilan dari beberapa dusun. Acara bertajuk Sosialisasi dan pelatihan Budidaya Maggot dan pemanfaatannya ini digelar oleh peserta KKN-PPM UGM 2019. Acara ini merupakan rangkaian acara sosialisasi yang menyasar seluruh warga Sindupaten. Maqdisa Devi, Alfian Sita, dan Abraham Rama mahasiswa dari Fakultas Pertanian menjadi pembicara dan pemantik diskusi.
Desa Sindupaten sebagai salah satu desa di Kecamatan Kertek memiliki potensi perikanan darat karena air yang melimpah belum diimbangi dengan pemberian pakan ikan yang sesuai. Pengolahan sampah yang belum optimal juga menjadi masalah utama. Devi menjelaskan bahwa budidaya larva maggot atau Black Soldier Fly penting dilakukan sebagai solusi untuk menguraikan sampah organic di Desa Sindupaten yang berupa sampah organik dan sebagai solusi untuk pakan ikan. Black Soldier Fly atau selanjutnya disingkat BSF adalah salah satu animalia dari kelas insekta. Daur hidup BSF dimulai dari perkawinan BSF jantan dan betina. Dua hingga tiga hari setelah kawin, betina akan bertelur. Betina akan mati setelah bertelur dan jantan mati setelah kawin.
Telur BSF menetas sebanyak 500-900 telur/cluster dalam jangka waktu tiga sampai empat hari. Telur tersebut menjadi bayi larva yang memiliki ukuran kurang dari 1mm. Pada usia 0-18/21 hari bayi larva yang telah membesar menjadi larva dewasa dengan ciri-ciri berwarna putih kecoklatan, larva besar kemudian menjadi prepupa dengan warna hitam dan tidak makan. Pada siklus ini, prepupa mulai memanjat dari media untuk mencari tempat kering. Prepupa yang telah memasuki tujuh hari akan masuk pada fase pupa. Pada fase ini, pupa sudah tidak bergerak diam rata-rata tujuh hari sampai satu bulan sampai menetas.
“Manfaat larva BSF (maggot) diantaranya menguraikan sampah, sebagai pakan ikan dan unggas. Keunggulan budidaya larva maggot adalah aman bagi manusia (tidak menimbulkan wabah penyakit), pertumbuhan yang cepat, bersih, perawatan mudah, biaya produksi murah, dan bisa diproduksi di lahan yang sempit,” terang Devi.
Devi juga menjelaskan cara budidaya larva maggot sebenarnya dapat dilakukan dengan memancing datangnya lalat BSF secara alami, diantaranya adalah dengan meletakkan kotoran hewan, limbah, atau sampah di tempat yang teduh. “Umumnya, BSF banyak hinggap di pohon pisang,” tambahnya
Pembuatan kandang adalah tahap berikutnya yang dilakukan untuk budidaya BSF. Pembuatan kandang lalat BSF dapat menggunakan kerangka (bendrat, kawat, kayu) atau tanpa kerangka dengan dilengkapi penutup berupa jaring. Daun pisang, biotong pemancing, tempat minum, rak tempat pre pupa, dan tempat bertelur harus ada dalam kandang. Durasi perkawinan dapat ditambah dengan memasang lampu UV dengan panjang gelombang 400nm-700nm. Saat panen telur, tempat bertelur maggot dapat dibuat dari tumpukan lembaran kayu dengan celah-celah kecil di sela-selanya, telur dikumpulkan dan disimpan dalam penetasan. Tempat penetasan makanan diberi sedikit makanan (sampah) agar makanan tetap tersedia. Setelah telur menetas menjadi larva (maggot) kondisi ideal yang cocok bagi maggot yaitu suhu yang hangat berkisar 24oC hingga 30oC, lingkungan yang teduh, kandungan air dalam makanan berkisar 60-90%, makanan kaya protein dan karbohidrat serta ukuran partikel makanan kecil.
Sumber makanan Maggot adalah sampah dapur, sampah pasar berupa sayur dan buah, kotoran ternak, dan lembah pabrik berupa ampas tahu. Proses penguraian sampah akan semakin mudah dengan mencacah sampah terlebih dahulu. Menurut Sita, Maggot dapat menjadi alternative pakan untuk ikan dan ternak, caranya adalah dengan mencelupkan larva ke dalam air yang mendidih agar lebih cepat mati dan dapat mensterilkan produk yang dihasilkan. “Kemudian dicampur dengan bahan lain seperti dedak, kedelai, sorgum, jagung. Langkah selanjutnya adalah dengan memasukkan ke dalam pencetak pellet atau diblender, langkah terakhir dengan disimpan lebih lama,” imbuhnya. Sita juga menjelaskan simulasi pembuatan maggot dan pembuatan kompos. Di akhir sosialisasi Devi menjelaskan bahwa budidaya BSF tidak hanya menjadi solusi untuk menguraikan sampah basah, tetapui juga dapat menjadi solusi alternative pakan.